Selasa, 30 Oktober 2018

Balada Mahasiswa Semester Tua

hi...
aku ingin cerita sedikit tentang kegelisahanku saat ini.
aku adalah seorang mahasiswa semester tua,tepatnya semester 9 di jurusan Ekonomi Islam.
kalau diingat-ingat lagi aku sendiri bingung selama ini aku ke mana saja,semester sembilan belum skripsi,kkn,test toefl. masih kuliah pula.
menjadi mahasiswa tua itu seperti beban bagiku,maksudku semua ini terasa berat karena hidupku semakin sepi. angkatanku sudah banyak yang lulus. dan jarang aku menemui teman seangkatan yang masih kuliah. dulu sebelum dosen datang aku selalu duduk di depan kelas bersama teman-teman seangkatanku,ngerokok lah,bercanda dan lain sebagainya.
sekarang semuanya berbeda,aku hanya duduk sendirian di depan kelas sendirian sambil melihat adik-adik tingkatku ngobrol dengan teman-temannya.
sedih cuk..
tapi bagaimana lagi,nasi sudah jadi bubur. tinggal pintar-pintarnya aku mengubah bubur itu menjadi makanan yang lezat. entah itu bubur ayam atau apapun itu. kira-kira analoginya seperti itu.
but,di sisi lain aku belum siap untuk lulus dan menjelajahi dunia setelah kuliah.
entah aku yang sssalah mengartikan tentang masa muda ini atau bagaimana.
pikiran ini masih penuh dengan kebingungan2 yang benar-benar membuatku merasa semakin sepi dan sendiri menjalani pendidikan ini.
aku juga berpikir lulus cepat bukan sebuah kepastian kalau hidupku akan lebih baik.
tapi lulus lama pun memakan waktuku.
saat ini aku berusia 22 tahun.
apa iya aku lulus di usia 24? itu terasa sangat tua bagiku.
tapi hasrat untuk menikmati masa-masa muda ini begitu menggebu-gebu.
aku ingin belajar ini dan itu,tapi aku tak ingin sendirian menjalaninya.
aku butuh teman untuk menikmati itu semua.
kebingungan ini kadang membuatku susah  tidur.
dan kadang aku mengatasi kebingungan itu dengan cara-cara yang kurang pas bagi sebagian orang.
menjadi semester tua bukan sebuah pilihan.
aku hanya mengalir mengikuti aliran sungai,tapi aku tak pandai berenang dan aku terssangkut. butuh waktu untuk melepaskan diri dari batang pohon yang membuatku tersangkut,sementara itu aliran sungai itu sangat deras dan terasa berat.
mungkinkah aku menjadi seorang yang membanggakan bagi seseorang yang mengharapkan yang terbaik dariku?
apakah mereka akan menerimaku kalau aku kalah?
mungkin jawaban dari semua ini adalah aku butuh seseorng untuk menemaniku mengarungi sungai ini, kalau aku tersangkut dia bisa menolongku,begitupun sebaliknya.
tapi siapa?
siapa?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar